Bisnis Curang Turis Asing “Menjajah” Bali

Bali kini berubah pesat akibat pariwisata dan investasi asing. Vila dan beach club menggantikan sawah dan warung lokal. Muncul "kampung turis" dan bisnis asing dengan praktik meragukan. Pekerja asing membanjiri, membentuk komunitas eksklusif. Pemerintah mulai bertindak, namun dilema investasi tetap ada. Bali menuju surga eksklusif, "Moskow Baru", atau mempertahankan jiwanya? Nasib Pulau Dewata dipertaruhkan jika kita abai.

Rangkuman video keren dari Moco tentang Bali yang semakin mengkhawatirkan

Dulu nih ya, kalo denger kata “Bali”, auto mikir liburan kan? Mantai, chill, healing. Tapi sekarang? Waduh, bisa jadi orang malah bilang “mau pulang” ke Bali. Lah, kok bisa? Soalnya, Bali tuh udah kayak jadi rumah kedua buat banyak banget turis asing.

Coba deh lo keliling Bali, apalagi di area-area yang dulunya terkenal ijo royo-royo sama sawahnya. Sekarang? Beton di mana-mana, guys! Warung nasi campur legend udah banyak yang kegeser sama kafe-kafe estetik. Sawah? Udah jadi vila megah. Mau ke pantai aja kadang aksesnya ketutupan beach club. Nasi jinggo yang harganya merakyat? Masih ada sih, Bang, tapi kalo yang beli beda bahasa, harganya juga bisa beda server, apalagi kalo ditambah embel-embel “go green” padahal ya dari dulu juga dibungkusnya daun pisang.

Yang bikin makin geleng-geleng kepala, ada fenomena “kampung turis” di beberapa daerah. Dulu isinya rumah warga lokal, sekarang penuh sama vila, apartemen, spa, gym, bahkan tempat dugem, semuanya dalam satu komplek buat mereka. Paling viral nih, di Google Maps sempet ada area namanya “New Mokba” atau Moskow Baru di daerah Canggu. Jelas aja netizen +62 auto rame dan marah, soalnya ini kayak nunjukin WNA Rusia udah seenaknya banget.

Terus, ngapain aja sih bule-bule ini di Bali? Ternyata, gak cuma buat liburan doang. Data Imigrasi Ngurah Rai nunjukin, dalam 10 bulan di 2024 aja, ada 5,36 juta WNA masuk Bali, dan banyak dari mereka yang dateng buat kerja. Bisnisnya juga macem-macem, dari salon, spa, barbershop, studio kebugaran, tempat pijet, sampe hiburan malam. Modalnya juga gak main-main, gede banget!

Cara mereka dapet pelanggan juga “pintar”. Mereka bikin komunitas tertutup di medsos, dari Facebook sampe Telegram. Uniknya, grupnya khusus pake bahasa asing. Lo chat pake Bahasa Inggris atau Indonesia? Sorry, gak bakal dibales. Gak cuma itu, ada juga yang buka rental motor mewah (Ducati, Harley Davidson, coy!) modalnya miliaran. Perusahaannya ada PT-nya, tapi pas dicek, kantornya cuma virtual office. Owner sama pegawainya yang nganterin motor? Sama-sama WNA pake visa turis. Belum lagi fotografer atau model WNA yang pasang tarif jutaan per jam, modalnya? Visa kunjungan yang cuma 60 hari, alasannya “buat nambah uang saku liburan”. Ya kali uang saku, itu mah udah jadi bisnis!

Pemerintah sih udah mulai gerak. Oktober 2024 kemarin, ada kebijakan moratorium, jadi pembangunan hotel baru, vila, diskotek, sama kelab pantai di empat daerah (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) di-stop sementara 1-2 tahun. Imigrasi juga bikin unit cyber buat mantau aktivitas WNA di medsos. Hasilnya, dalam 10 bulan udah ada 368 WNA yang ditindak, ada yang dideportasi, ada yang ditahan. Tapi, di sisi lain, ada juga pejabat daerah yang nolak moratorium ini, katanya sih ngejar target investasi. Jadi bingung kan?

Masalahnya, kejadian kayak gini tuh bukan cuma di Bali. Di Barcelona, Spanyol, ribuan orang demo karena overtourism, warga lokalnya jadi susah bayar sewa apartemen di kota sendiri. Nah, Bali mau dibawa ke mana nih? Lucu ya, katanya surga wisata dunia, tambang emas investor, tapi kok warga lokalnya malah makin susah hidup di tanah sendiri.

Jadi, ini Bali mau jadi apa? Surga yang cuma bisa dinikmatin orang berduit, jadi “New Mokba” beneran, atau masih ada harapan buat Bali yang kita kenal dulu? Yang pasti, kalo kita semua diem aja pura-pura gak liat masalah ini, yang bakal ilang bukan cuma sawah sama pantainya, tapi juga jiwanya Pulau Dewata itu sendiri.

Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x