Pura Pulaki
Pura ini sebenernya adalah pusat dari beberapa pura yang mengelilinginya. Sebut aja Pura Melanting, Pura Kertha Kawat, Pura Pabean dan Pura Pemuteran. Tapi kamu kudu sedikit berhati-hati kalo kamu ke pura ini, pasalnya di pura ini ada beberapa ekor kera yang milih tinggal disana.
Menurut kata orang, pura ini dibangun oleh seorang pendeta dari jawa, Dang Hyang Niratha di awal abad ke 16 (kapan itu ya?). Konon nih, beliau dateng ke Bali karena putrinya dipaksa menikah dengan raja. Jadinya beliaupun ngungsi ke tempat ini lalu dengan kesaktiannya membuat daerah ini ndak kelihatan. Hebat kan? Nah, beliau pun lalu membangun sebuah pura disini, ya Pura Pulaki ini.Ada lagi yang lain, yaitu sumber air panas. Jadi, mandi disini bikin badan kamu seger and sehat, deh….
tak tambahin dikit bos, biasanya teman2 akan bisa liat puranya dan kera2 yang bebas berkeliaran disekitar pura bila dari denpasar menuju kesingaraja atau sebaliknya karena letak puranya dekat jalan raya, teman2 bisa buah yg yang berbiji kecil2 banyak (lupa namanya) dengan harga 3000,- seikat, bila teman2 main ke-bali tujuan ke bedugul langsung saja ke pulaki karena tempatnya lumayan dekat dengan bedugul (kucinta baliku)
iaya sh deket ama jalan tapi aku pernah kesana cuma lewat doank waktu itu mau pergi kemenjangan…………….kalo bisa artikelnya yang lebih lengkap lagi geto
aku gak pernah masuk ke Pura Pulaki,karena cuman lewat doang!tapi,sekilas(dari depan)sudah cukup meyakinkan kalo tempat satu ini emang kereen abis,Bali banget!!!
kera2 di pulaki manusiawi banget…: sopan2, gak gangguin pengunjung, dan sayang ama anak2nya.
aku terakhir kali ke pulaki september 2005. waktu itu di sekitar pura masih ada batu bolongnya. kereeeeen abiiiiizz….!!!! moga aja bolongnya gak berkelanjutan.
Aduh, sayang y gak ada fotonya, jadi tidak bisa membayangkan. Puranya seberapa besar?
Banyak cerita sakral tentang Pure Pulaki,itulah kesan saya selama enam bulan tinggal di sana. Emang sih areal disekitar pure masih disakralkan,tapi yang paling penting bagi para pendatang yang ke sana adalah menghormati adat dan kepercayaan setempat. Kalau orang Jawa bilang mertamu yo kulo nuwun, lek mule yo pamit, gitu loh.