
Bali Darurat Banjir! 5 Wilayah Terendam Akibat Badai 93S, Gen Z Wajib Tahu
Cek info terbaru banjir parah yang melanda 5 kabupaten/kota di Bali! BPBD Bali ungkap penyebabnya Disturbansi Tropis 93S. Kenapa banjir makin tinggi? Baca di sini!
Bali sedang menghadapi tantangan besar. Selama beberapa hari terakhir, hujan deras tanpa henti telah memicu banjir di lima dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata. Situasi ini, yang dikaitkan dengan dampak Disturbansi Tropis 93S, membuat BPBD Bali harus siaga penuh. Kabar buruknya, kondisi cuaca ekstrem ini diprediksi masih akan berlanjut, meskipun sistem badai perlahan menjauh dari ekuator.
Kenapa Bali Kebanjiran Lagi? Ini Biang Keladinya
Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menjelaskan bahwa dampak cuaca ekstrem ini terjadi secara beruntun dan cepat. Banjir pertama melanda Karangasem, disusul Denpasar dan Badung pada Minggu (13/12), kemudian Gianyar dan Jembrana pada Senin (15/12).
Menurut Gede Teja, Disturbansi Tropis 93S ini memang memiliki perilaku yang berbeda dari Gelombang Rosby yang memicu banjir besar di Bali pada September lalu. Namun, pengaruhnya terhadap intensitas curah hujan dan kecepatan angin tetap harus dimonitor ketat. Ia juga memberi peringatan keras: kondisi cuaca yang tidak stabil ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa hari ke depan.
Update Dampak Banjir di 5 Wilayah: Air Sampai Sepinggang!
Data dari BPBD menunjukkan bahwa skala banjir kali ini cukup mengkhawatirkan. Berikut ringkasan dampak yang tercatat di lima wilayah terdampak:
- Karangasem: Luapan sungai merendam sekitar 50 rumah tangga dan dua gedung sekolah.
- Denpasar dan Badung: Total tercatat 34 titik banjir (20 di Denpasar, 14 di Badung).
- Gianyar: Wilayah ini mengalami kondisi paling parah. Ketinggian air di beberapa jalan utama bahkan melebihi satu meter! Air bah menyebabkan robohnya dinding rumah warga, menutup akses jalan publik. Satu warga dilaporkan terluka akibat insiden ini.
- Jembrana: Empat desa terendam banjir. Selain itu, pohon tumbang juga terjadi dan mengganggu jalur vital Denpasar–Gilimanuk.
Gede Teja menyoroti peningkatan skala bencana. “Ini memang zona rawan banjir, tapi skalanya makin meningkat. Dulu airnya cuma sebatas lutut, sekarang sudah naik sampai pinggang,” ujarnya, menekankan bahwa volume air yang datang jauh melebihi kapasitas lingkungan saat ini.
Satu Korban Jiwa Tercatat
Dalam lima hari terakhir sejak hujan ekstrem melanda, BPBD juga mencatat adanya satu korban jiwa. Seorang warga negara asing (WNA) dilaporkan meninggal dunia setelah terseret arus banjir. Korban diduga terpeleset saat mengendarai sepeda motor dan identitasnya masih dalam proses konfirmasi.
Infrastruktur Bali Wajib Upgrade Total
Pelajaran penting dari kejadian ini adalah bahwa Bali harus memperkuat ketahanan terhadap pola cuaca yang makin tidak menentu. Pejabat BPBD menekankan bahwa masalah banjir ini tidak hanya disebabkan curah hujan ekstrem, tetapi juga keterbatasan kapasitas lingkungan dan infrastruktur—termasuk sistem drainase dan tata ruang—yang memperburuk dampaknya.
“Lingkungan belum mampu menyalurkan air secara efektif. Tata ruang dan sistem drainase kita butuh perbaikan teknis agar bisa mengatasi tingkat curah hujan seperti ini,” tambah Gede Teja.
Pernyataan ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera melakukan rekayasa teknis dan perbaikan drainase secara masif. Untuk Gen Z yang tinggal di Bali, penting untuk selalu memantau informasi cuaca resmi dari BMKG dan BPBD. Selalu utamakan keselamatan dan jangan nekat menerobos banjir!