Gerbang Tak Kunjung Dibuka, Pelaku Pariwisata Minta Kepastian
[ad_1]
GEROKGAK– Praktisi parwisata meminta kepastian pembukaan gerbang pariwisata. Pasalnya sudah setahun terakhir para praktisi diberikan harapan palsu. Terakhir, para praktisi mendapat angin surga gerbang pariwisata akan dibuka pada akhir Juli. Alih-alih gerbang dibuka, pemerintah justru menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlangsung hingga kini.
Di Desa Pemuteran misalnya. Selama 1,5 tahun industri pariwisata di wilayah ini mati. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Segara Giri Desa Pemuteran sempat mencatat terjadi kenaikan aktivitas pada bulan Juni lalu. Namun, kondisi itu hanya berlangsung selama beberapa pekan. Saat PPKM darurat diberlakukan pada awal Juli, aktivitas kembali ambruk.
Geliat aktivitas itu terjadi setelah pemerintah memberi peluang membuka pariwisata pada bulan Juli. “Saat itu teman-teman sudah mulai siap-siap. Kami sudah promosi. Sudah ada booking masuk. Lumayan ada tamu yang sudah mau datang ke Pemuteran. Ternyata ada varian delta dan kebijakannya beda. Akhirnya setelah itu seolah kami yang tidak professional, karena informasi yang kami beri (ke wisatawan) selalu berubah,” kata Ketua Pokdarwis Segara Giri, I Ketut Sutrawan Selamat.
Dampaknya signifikan. Sejumlah hotel yang tadinya mencoba bertahan, kini menyerah. Sebagian besar hotel telah melego aset mereka. Utamanya yang berupa kendaraan bermotor. Hasil penjualan digunakan untuk memberi insentif pada karyawan yang dipertahankan. Manajemen hotel terpaksa hanya memberi insentif, karena tak mampu memberikan gaji berkala.
Pria yang akrab disapa Wawan Ode itu mengatakan, wisatawan mancanegara sebenarnya sudah tak sabar ingin berlibur ke Bali. Khususnya ke Desa Pemuteran. Hanya saja mereka butuh kepastian yang terkait dengan kebijakan. Apabila tak ada kepastian, para praktisi pun kesulitan melakukan promosi.
“Kami punya tamu repeater banyak sekali. Tapi mereka butuh kepastian, karena harus menyusun jadwal. Kalau ada kepastian, kami beri informasi, pasti mereka datang. Apalagi konsep kami di sini kan bukan mass tourism, lebih pada family service. Semua standar yang ditetapkan pemerintah, entah itu protokol kesehatan, vaksinasi, pasti kami patuhi kok,” tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Ketut Suwarmawan mengatakan, pihaknya kini tengah menyiapkan infrastruktur pendukung sebelum objek pariwisata dibuka. Salah satunya penerapan aplikasi PeduliLindungi pada objek wisata maupun fasilitas akomodasi pariwisata.
Selain itu satgas juga akan melakukan pengecekan kembali terkait sarana prasarana penerapan protokol kesehatan di objek wisata. “Karena sudah lama tidak digunakan, tentu harus dicek kembali. Wastafel misalnya, jangan sampai nanti ternyata keran airnya rusak,” kata Suwarmawan.
Selain itu pihaknya masih menunggu SE Gubernur terkait penerapan kebijakan saat daerah berada pada level 3. “Kami juga masih menunggu SE gubernur, sebagai produk hukum turunan dari Instruksi Mendagri. Sambil menunggu itu, kami siapkan infrastruktur pendukungnya. Kalau nanti SE gubernur terbit, objek wisata boleh dibuka, kami tinggal buka saja,” demikian Suwarmawan.
[ad_2]
Sumber Berita